Minggu, 19 Februari 2012

Salim 1


Salim temanku, orangnya lugu, selalu berprasangka baik kepada semua orang. Merasa orang lain pernah berbuat baik kepadanya, atau selalu merasa hutang budi kepada orang lain. Banyak  sifat-sifat baik yang ada padanya, yaitu misalnya bisa dia adala orang yang bisa dipercaya  atau, selalu berkata jujur, tidak pernah bohong, dan tidak suka berhianat. Kekurangannya ada juga, salah satunya adalah, yaitu “penakut.”
Dia selalu takut ucapan dan tindakannya menghina atau menyakiti hati orang lain. Dalam pergaulan sehari-hari dia  selalu mendahului ucapannya dengan kata-kata “Maaf”

Hampir bisa dibilang dia tidak pernah marah, walaupun disakiti hatinya seperti disinggung perasaanya atau di caci maki tanpa ada kesalahan yang telah diperbuat olehnya. Bila suatu saat ada orang yang marah padanya, maka dia akan menghadapinya dengan tersenyum lebar, bahkan tertawa-tawa, kemudian meminta maaf pada orang yang marah, padahal dia tak melakukan kesalahan apapun. Dia akan berusaha sebisa mungkin dan bertingkah laku sedemikian rupa agar bisa merubah orang yang marah tadi menjadi tersenyum atau tertawa.

Tadi pagi sambil tersenyum lebar, dia mengeluh atas perbuatan istrinya yang selalu marah-marah padanya tanpa sebab yang jelas, dengan tangannya yang selalu melayang-layang menampar beberapa kali diwajahnya.

“Seperti ini.” Katanya sambil menunjukan bekas memar pada wajahnya.
Tak cukup dengan itu kaki istrinya yang gemuk juga menendang-nendang kaki Salim, yang baru aku mengerti kenapa dia mampir ke rumahku pagi ini dengan kaki pincang.

“ Mungkin karena aku kurang perhatian padanya,kasihan dia. “ Kata Salim, tanpa ada sedikitpun mengeluhkan rasa sakit akibat kekerasan tangan dan kaki gemuk istrinya.

Kata-kata jawaban atas keluhannya sendiri cepat-cepat dilontarkan khawatir aku memberi jawaban yang berlawanan. Cerita, atau kalau tak bisa di bilang “keluhan,” yang dia sampaikan selalu di awali dengan senyum lebar dan di akhiri dengan tertawa lebar pula.

Aku benar-benar mengerti, bahwa kedatangannya semata-mata hanya  untuk mengeluhkan istrinya yang selalu marah tanpa sebab dan main pukul,  dan ditambah dengan kebiasaan baru, kaki istrinya yang suka menendang.        Sepertinya dia benar-benar tak tahu cara lain untuk menghadapi marah istrinya kecuali dengan senyum dan tawa. Bahkan dia heran kenapa kebiasaan sikapnya ini tak di sukai oleh istrinya.

Mengapa Tuhan menciptakan orang sebaik Salim? Yang malah dikelilingi oleh orang-orang yang tak mau mengerti akan karakternya. Kebaikan hati yang bukan didapat dari belajar di sekolah, atau diperoleh dari ber-tapa didalam goa yang ada di gunung. Kebaikan yang memang asli pemberian Tuhan. Kebaikan yang sering kali  membuat repot si empunya sendiri, Salim. Kebaikan yang  selalu dimanfaatkan oleh orang lain yang tidak mau mengerti.
 
Betapa indahnya hidup ini, bila semua orang berhati seperti Salim.

1 komentar:

  1. Ya begitulah mas, orang baik seperti salim yang tak pernah berpikir untuk menyakiti orang lain dan selalu berusaha berbuat yang terbaik buat orang lain ini seringkali dianggap makhluk aneh di jaman ini. Tapi saya yakin masih banyak salim-salim yang lain, yang air matanya akan menetes melihat penderitaan orang lain, yang tak segan-segan mengeluarkan uang recehan di dompetnya meski itu uang terakhir yang dimilikinya.

    BalasHapus