Pasar tradisionil di Kota Lawang cukup
rame, karena kota Lawang adalah jalur lintasan dua kota besar yaitu Kota Malang dan Kota Surabaya.Bahkan pasar berlangsung 24 jam berturut-turut.Artinya sehari penuh pasar
tetap berjalan dan jual beli berbagai macam barang berlangsung tanpa berhenti.
Nyaris segala Macam komoditi tersedia
di pasar ini.Kecuali barang-barang mewah tentunya.Pasar ini bertambah ramai
karena juga merupakan rute achir
wisatawan yang pulang pada hari minggu chususunya sore hari.
Pasar inipun dimalam hari adalah tempat
transit sayur-mayur dari daerah lain, datang dari tempat lain di beli oleh
pedagang lalu dibawa pergi untuk dijual kepasar dikota lainya.
Bangunan pasar ini berganti beberapa
kali, disesuaikan dengan perkembangan dan semakin banyaknya pedagang.Meskipun
bangunanya sekarang ini sudah cukup besar, tetap saja masih banyak pedagang
yang menggelar dagangannya diluar bangunan induk.Belum lagi pedangang yang
menjual dagangannya dengan cara keliling mengitari pasar.Begitu juga dengan
pedagang makanan seperti penjual nasi soto, gado-gado, tahu campur, bakso,
angsle dan roti goreng yang segera memindahkan gerobaknya sekiranya berkurang
pembelinya.
Seorang gadis kecil disamping ibunya
yang sedang berjualan, dengan tergesa-gesa melahap satu mangkuk nasi soto yang
masih panas, butir-butir keringat berbaris diantara hidung dan mulutnya, karena
soto yang dipesan terlalu panas dan pedas.Penjual nasi soto itu bersiap-siap
akan berpindah tempat, maka gadis itupun harus segera menghabiskannya, tanpa
menikmatinya.
Para pengemis sibuk kesana kemari
semakin meramaikan suasana pasar, menagih bagiannya dengan menyodorkan tangan
tanpa mencoba mengajak bicara, memaksa orang yang diminta mengerti kesibukanya sebab
harus segera menagih kepada yang lainya karena keterbatasan waktu.
Jalan-jalan berubah berwarna-warni,
merah, hijau dan kuning karena sayur-sayur yang mulai busuk dibuang dijalan
oleh penjual tanpa rasa malu sedikitpun, padahal hampir di setiap jarak sekitar dua puluh meter ada
papan bertuliskan:
“JAGALAH KEBERSIHAN”
“BUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA”
“JANGAN BUANG SEMBARANGAN”
“KEBERSIHAN SEBAGAIAN DARI IMAN”
Sore hari warung-warung makanan mulai
siap-siap mendirikan tendanya,dan mereka kebanyakan buka sampai menjelang tengah
malam.Karena penjual makanan tengah malam pun punya jatah bagian untuk menjual
dagangannya untuk konsumsi pedagang tengah malam sampai masuk pagi hari.
Mestinya pemerintah daerah memperhatikan kebersihan pasar itu.
BalasHapus