Senin, 13 Februari 2012

Paman Penjual Nasi Soto


Pagi hari yang cerah memberi semangat orang-orang yang hilir mudik kesana kemari memulai kesibukan sehari-hari.Anak anak sekolah berseragam berwajah ceria dan segar beriring-iringan berjalan di trotoar menuju sekolahan masing-masing.Memanfaatkan kesegaran udara pagi hari untuk sampai di sekolahan sebelum pelajaran dimulai.
Para pekerja kantor dan pabrik pun tak mau ketinggalan dalam kesibukan mempercepat laju jalannya untuk segera sampai di halte pinggir jalan raya, agar tidak ketinggalan bus langganan yang tiba tepat waktu.
Polisi dengan semangat mengatur lalu lintas, menghentikan kendaran yang lewat untuk mendahulukan para penyebrang jalan karena tampak tergesa-gesa ingin menyeberang.
Ada penjual nasi soto menjajakan dagangannya, dengan asap yang mengepul ditengah-tengah gerobaknya, menyemburkan semerbak bau soto mencari-cari hidung orang-orang lapar yang tak sempat sarapan yang berjalan dekat gerobak.
Paman penjual soto dengan tangkas mendorong gerobak yang isinya masih utuh melewati liku-liku jalan yang berlubang-lubang, berhenti disudut kampung yang biasa dia pakai untuk tempat mangkal.
Rupanya ada juga yang tak tahan menghadapi godaan asap yang mengepul, pedagang yang lewat segera memesan menu sebelum Paman Soto memarkir gerobaknya dengan benar.
Satu mangkuk pembeli telah dilayani.Dengan lahap pembeli pertama menghabiskan sotonya tanpa menyisakan satu butir nasipun, walau tampaknya terlalu kenyang untuk tambah lagi.Setelah berdiri dari kursi plastik hijau yang disediakan Paman Soto, dia menoleh kekanan kekiri mencari sesuatu untuk diminum.Soto tadi terlalu panas dan pedas bila diachiri tanpa minuman segar.
Pelaris.
Tak lama setelah pembeli pertama lenyap, sepasang suami istri yang masing memakai pakaian olah raga tampak tertarik juga untuk mengisi perutnya dengan nasi soto pagi ini.Energi yang keluar setelah lari pagi cukup pantas untuk di ganti satu mangkuk nasi soto, apalagi botol sedang minuman mineral telah siap dibawa oleh masing-masing sepasang pembeli kedua.
Dua anak sekolah SMP datang dan memesan masing-masing satu mangkuk nasi soto sebelum pembeli kedua menyelesaikan sarapannya. Kursi yang disediakan Paman Soto hanya tiga buah.Sambil bercakap-cakap serius entah mengenai apa dua pelajar itu sudah menerima masing-masing semangkuk nasi soto yang siap disantap.Pelajar yang satu duduk dan yang satu berdiri dengan tangkas melahap nasi soto tanpa menghentikan percakapan. Tangannya kadang menunjuk kesana kemari dengan sendok di mangkuk ketika mulutnya penuh.Waktu senggang dimanfaatkan oleh Paman Soto untuk membersihkan dengan lap, gerobaknya yang sudah bersih sambil manggut-manggut  dengan rokok yang lengket dimulutnya mendengarkan pembicaraan para pelanggannya.
Melihat sikap dan cara melahap para pembeli nasi soto membuat perutku keroncongan, tak ada salahnya jika aku juga mencoba merasakan nasi soto itu apalagi perutku juga dalam keadaan kosong, pagi ini masih belum terisi apa-apa.
“Nasi sotonya satu mangkuk,jangan terlalu pedas,Pak.”  Kataku.
Paman Soto melayaniku tanpa melepas rokok yang dimulutnya.Tak lama kemudian sambil duduk dikursi yang lagi kosong, aku melahap soto itu pelan-pelan karena panas.Lidahku keluar masuk mulut bagai ular cobra, menangkap butiran nasi dan seladeri yang mencoba keluar melarikan diri. Baru aku merasakan ternyata memang tak salah para pembeli nasi soto  jadi lahap karena memang rasanya sedap sekali, apalagi disantap di pagi hari yang dingin dan dipinggir jalan.

1 komentar:

  1. Wah jadi lapar perut saya ini.
    Dimana tepatnya posisi penjual soto itu Bung ???
    Aku pesan satu mangkuk, yang pedass....

    BalasHapus