Pagi hari yang cerah
memberi semangat orang-orang yang hilir mudik kesana kemari memulai kesibukan
sehari-hari.Anak anak sekolah berseragam berwajah ceria dan segar
beriring-iringan berjalan di trotoar menuju sekolahan
masing-masing.Memanfaatkan kesegaran udara pagi hari untuk sampai di sekolahan
sebelum pelajaran dimulai.
Para pekerja kantor
dan pabrik pun tak mau ketinggalan dalam kesibukan mempercepat laju jalannya
untuk segera sampai di halte pinggir jalan raya, agar tidak ketinggalan bus
langganan yang tiba tepat waktu.
Polisi dengan
semangat mengatur lalu lintas, menghentikan kendaran yang lewat untuk
mendahulukan para penyebrang jalan karena tampak tergesa-gesa ingin
menyeberang.
Ada penjual nasi
soto menjajakan dagangannya, dengan asap yang mengepul ditengah-tengah
gerobaknya, menyemburkan semerbak bau soto mencari-cari hidung orang-orang
lapar yang tak sempat sarapan yang berjalan dekat gerobak.
Paman penjual soto
dengan tangkas mendorong gerobak yang isinya masih utuh melewati liku-liku
jalan yang berlubang-lubang, berhenti disudut kampung yang biasa dia pakai
untuk tempat mangkal.
Rupanya ada juga
yang tak tahan menghadapi godaan asap yang mengepul, pedagang yang lewat segera
memesan menu sebelum Paman Soto memarkir gerobaknya dengan benar.
Satu mangkuk pembeli
telah dilayani.Dengan lahap pembeli pertama menghabiskan sotonya tanpa
menyisakan satu butir nasipun, walau tampaknya terlalu kenyang untuk tambah
lagi.Setelah berdiri dari kursi plastik hijau yang disediakan Paman Soto, dia
menoleh kekanan kekiri mencari sesuatu untuk diminum.Soto tadi terlalu panas
dan pedas bila diachiri tanpa minuman segar.
Pelaris.
Tak lama setelah
pembeli pertama lenyap, sepasang suami istri yang masing memakai pakaian olah
raga tampak tertarik juga untuk mengisi perutnya dengan nasi soto pagi
ini.Energi yang keluar setelah lari pagi cukup pantas untuk di ganti satu
mangkuk nasi soto, apalagi botol sedang minuman mineral telah siap dibawa oleh
masing-masing sepasang pembeli kedua.
Dua anak sekolah SMP
datang dan memesan masing-masing satu mangkuk nasi soto sebelum pembeli kedua
menyelesaikan sarapannya. Kursi yang disediakan Paman Soto hanya tiga
buah.Sambil bercakap-cakap serius entah mengenai apa dua pelajar itu sudah
menerima masing-masing semangkuk nasi soto yang siap disantap.Pelajar yang satu
duduk dan yang satu berdiri dengan tangkas melahap nasi soto tanpa menghentikan
percakapan. Tangannya kadang menunjuk kesana kemari dengan sendok di mangkuk
ketika mulutnya penuh.Waktu senggang dimanfaatkan oleh Paman Soto untuk
membersihkan dengan lap, gerobaknya yang sudah bersih sambil
manggut-manggut dengan rokok yang
lengket dimulutnya mendengarkan pembicaraan para pelanggannya.
Melihat sikap dan
cara melahap para pembeli nasi soto membuat perutku keroncongan, tak ada
salahnya jika aku juga mencoba merasakan nasi soto itu apalagi perutku juga
dalam keadaan kosong, pagi ini masih belum terisi apa-apa.
“Nasi sotonya satu
mangkuk,jangan terlalu pedas,Pak.”
Kataku.
Paman Soto
melayaniku tanpa melepas rokok yang dimulutnya.Tak lama kemudian sambil duduk
dikursi yang lagi kosong, aku melahap soto itu pelan-pelan karena panas.Lidahku
keluar masuk mulut bagai ular cobra, menangkap butiran nasi dan seladeri yang
mencoba keluar melarikan diri. Baru aku merasakan ternyata memang tak salah
para pembeli nasi soto jadi lahap karena
memang rasanya sedap sekali, apalagi disantap di pagi hari yang dingin dan
dipinggir jalan.
Wah jadi lapar perut saya ini.
BalasHapusDimana tepatnya posisi penjual soto itu Bung ???
Aku pesan satu mangkuk, yang pedass....