Selasa, 14 Februari 2012

Karya Tulis

Minggu pertama Januari 2012 kuputuskan sebagai awal karirku menjadi seorang Penulis. Suatu keputusan yang terlalu “bulat” dibuat oleh seorang seperti aku. Karena bagi seorang “bukan penulis” untuk menjadi seorang “penulis” apalagi yang bagus adalah sesuatu yang benar-benar bukan pekerjaan mudah.

Menjadi seorang penulis butuh ketekunan, kalau tidak mau di syaratkan harus mempunyai bakat. Butuh mempunyai yang namanya rasa seni menulis, seni merangkai kata-kata yang indah, dan terlibatnya perasaan dan jiwa. Harus punya banyak referensi atau harus banyak membaca berbagai macam buku, untuk menambah pengetahuan dan mempermudah untuk mengeluarkan ide. Sepertinya aku tidak mempunyai salah satu dari itu semua. Ini namanya: Tekad Hanya Bulat, dan Hanya Berani Malu.

Membaca beberapa cerpen saja tidak cukup bagiku dipakai sebagai alasan untuk langsung tertarik menjadi penulis. Aku tertipu jika merasa mampu menjadi penulis hanya karena kagum dengan cara menulis serta cara memilih kata-kata yang ada didalam cerpen-cerpen yang aku baca dari beberapa penulis yang aku gemari.

Rupanya kemauanku tak terbendung, keberanian ku benar-benar sembrono. Aku enggan menarik tekad-ku lagi. Achirnya aku benar-benar menulis. Sampai menjelang pertengahan Pebruari 2012 sudah lebih dari sepuluh artikel hasil tulisanku yang mana sepertinya tidak pantas dinamakan “Karya Tulis,” karena hasil tulisan itu sungguh merupakan karya tulis yang didasari semata-mata oleh Kesembronoan Belaka, atau bisa dikatakan juga sebagai Kesombongan Yang Tidak Memiliki Apa-Apa.

Lucunya pada awal-awal pembuatan karya tulis, aku benar-benar kagum pada diriku sendiri yang tidak malu-malu berani membuat karya tulis yang sangat jelek. Aku kagum karena selain tidak punya rasa malu sedikitpun dengan karya tulis yang jelek itu, aku juga tidak henti-hentinya terus berkarya. Karya tulis yang bisa dikatakan berkembang semakin lama semakin jelek.

“Hebat.”

Aku tersipu-sipu malu ketika aku sendiri mencubit dagu-ku didepan cermin sebagai tanda kekaguman. Dan dengan sombongnya aku mengelus-elus rambutku sendiri sebagai isyarat bagiku untuk terus menulis.

Aku memberi semangat diriku sendiri dihadapan cermin,dengan mengatakan “ Penulis terkenal awal-awalnya juga jelek tulisannya, maka teruslah berkarya, lama-lama tulisanmu juga akan menjadi bagus ” Aku benar-benar tertunduk malu.

Bodohnya aku termakan oleh pujian dan dorongan semangat gombal dari “orang” yang mirip denganku yang berada dibalik cermin itu.Sepertinya kepalaku terasa semakin membesar dan berat karena pujian itu.

Setelah beberapa artikel telah selesai aku buat. Baru aku tahu ternyata untuk membuat karya tulis yang bermutu itu memang tidak mudah. Walaupun aku sudah berusaha sebaik mungkin dan dengan cara, dalam setiap penulisan artikel berkali-kali mengadakan perbaikan disana sini, namun tetap saja jelek.

Hayalanku sebelumnya menganggap menulis itu mudah,ternyata keliru. Tampak sekali bakat dan keahlianku tidak ada sama sekali.Karya-karya tulisanku hambar, tidak fokus dan alur ceritanya lari kemana-mana. Antara judul dan isi sering jauh melenceng. Yang paling terasa kekuranganku adalah aku cepat kehabisan ide.

Sepengetahuanku untuk mempermudah membuat karya tulis adalah dengan memceriterakan apa saja pengalaman sehari-hari, kejadian yang aku alami hari ini atau atau masa silam. Tapi sejak aku memutuskan untuk memulai menulis, sepertinya pengalaman-pengalaman itu menjadi hilang lenyap ditelan masa. Rasanya seakan-akan setiap hari aku tidak melakukan apa-apa, jadi tidak ada yang bisa di ceritakan dalam bentuk tulisan.

Jika aku ingin mengarang suatu cerita, seringkali ditengah-tengah menulis, aku terjebak kata-kataku sendiri, sehingga kesulitan menemukan arah untuk sampai ke achir cerita.

Karena tekad ku sudah terlanjur kupamerkan, dan aku lebih tidak sanggup menanggung rasa malu untuk mengurungkan niatku, maka aku akan terus menulis, menulis dan menulis serta menulis lagi, sampai aku buta hurup atau benar-benar tidak bisa lagi menulis.Aku tak perduli seperti apa bentuk tulisan ku nanti.

1 komentar:

  1. Ini sudah jadi tanda2 penulis hebat, bung....
    terus nuliiiiissssssss......

    BalasHapus