Hotel Niagara adalah salah satu
bangunan tua yang ada di Indonesia. Milik pengusaha kaya Tionghoa yang bernama Liem
Sian Joe. Didirikan
pada tahun 1918 dan di arsiteki oleh seorang berkebangsaan Belanda yang bernama
Fritz Joseph Pinedo. Gedung ini bisa dianggap sebagai gedung pencakar
langit pertama di Indonesia. Baru pada 1960 ahli waris Liem Sian Joe menjual
bangunan itu kepada Ong Kie Tjay, pengusaha Tionghoa yang tinggal di Surabaya.
Hotel Niagara terletak di kota Lawang
kabupaten Malang propinsi Jawa Timur. Kota kecil setingkat Kecamatan dengan
ketinggian 491 meter di atas permukaan laut. Merupakan kota yang cukup dingin
di antara kota Malang dan kota Surabaya.
Hotel ini mengalami banyak perubahan,
dulu hotel ini di kelilingi oleh pagar dengan bentuk yang unik, dan sangat
sesuai dengan bentuk bangunan utama. Dan di tengah-tengahnya ada kolam ikan
berbentuk bundar, yang di tengahnya ada semacam tugu kecil yang memancar air
mancur di atasnya. Seluruh bagian halaman Hotel Niagara ini dipenuhi dengan
batu kerikil yang sangat sama rata ukuran bentuknya.
Dan di bagian kanan bangunan ada sebuah
permandian yang tidak terlalu besar. Dulu permandian itu dipakai, bahkan dibuka
untuk umum. Dan setiap hari Kamis airnya di kuras untuk diganti dengan air yang
baru. Dulu aku sangat sering mandi di permandian Niagara, karena airnya sejuk,
bersih dan segar. Tapi kini sudah tidak ditutup dan tidak dipakai lagi.
Sedang di bagian belakang pelataran
adalah beberapa bangunan yang dipakai sebagai garasi mobil untuk para tamu
hotel. Dan bangunan di belakang permandian di pakai sebagai dapur untuk
memasak, untuk melayani tamu hotel dan pengunjung restoran di Lobi.
Semua bangunan penuh dengan
profil-profil ukiran yang artistik, mode jaman dulu kala. Sepertinya kombinasi
antara mode Eropah dan China. Dengan warna merah muda sebagai warna
dominan. Setiap kaca cendela maupun kaca-kaca fentilasi selalu dipenuhi dengan
lukisan-lukisan dan ornamen-ornamen. Semakin menambah cantik penampilan hotel
ini.
Pintu masuk hotel ini menunjukkan kesan
mewah. Lantai dengan corak bintik batu Traso warna warni, tapi tetap warna
dasarnya merah muda. Seluruh bagian dinding dilapisi dengan kayu Jati yang di
Plitur, sangat berkwalitas setinggi sekitar 150 centimeter. Kayu Jati itu
sampai hari ini masih terlihat mengkilap.
Hotel Niagara adalah gedung tingkat
berlantai lima. Lantai pertama adalah tempat Recepsionis dan beberapa ruang
untuk makan dan Lobi. Setelah memasuki pintu utama, maka akan langsung
berhadapan dengan bagian Recepsionist, yang bentuk pagar tralisnya mengingatkan
model Bank-bank pada jaman Cowboy. Plafon yang tinggi dan dipenuhi juga dengan
ornamen dan ukiran dari lapisan Kayu Jati, semakin menambah anggun dan wibawah
hotel ini.
Ruang kedua adalah Ruang Lobi, konon
katanya dulu di pakai sebagai Ruang Dansa. Ruangan ini lebih indah dan
istimewah dari pada ruang yang lainnya. Lalu sebelahnya lagi adalah jalan
menuju tangga untuk naik ke lantai dua. Kamar yang di sewakan hanya berjumlah
14. Tiap-tiap kamar mempunyai nuansa panorama yang berbeda-beda. Ada yang menghadap
ke pusat Kota Lawang, ada juga yang menghadap ke pegunungan, dan ada juga yang
menghadap ke jalan raya.
Hotel Niagara ini adalah tempatku
bermain di waktu kecil. Aku bersama teman-teman sering menyelinap masuk kedalam
ruangan, lalu berlari naik keatas sampai di puncak untuk kemudian berhenti
beristirahat sambil melihat pemandangan indah di sekeliling kota Lawang dan
pegunungan di sekitarnya.
Sampai petugas Hotel datang dan
mengusir kami semua untuk turun. Besoknya kami mengulangi perbuatan itu lagi,
lalu mereka mengusirnya lagi. Jika besoknya di lantai bawah dijaga ketat, maka
untuk beberapa hari kami tidak bisa naik ke atas puncak hotel. Lalu jika
penjagaan mulai longgar lagi, maka kami berusaha lagi untuk naik ke puncak
hotel. Kami merasa ketagihan untuk menikmati pemandangan indah dari puncak
Hotel Niagara.
HI GUYS.......
BalasHapusYOU NEED MONEY OR NOT.
CHECK THIS OUT AND YOU’LL REGRETED
HERE