Pagi ini aku agak bergegas untuk pergi
ke kantor PDAM. Karena mulai siang kemarin pipa saluran air ledeng, nyaris
mati. Untuk mengisi satu gelas penuh dengan air keran, butuh waktu 4 jam. Yang
pasti ketiga kamar mandi di rumahku hanya terisi air setinggi sekitar 10 Centi
meter saja. Tidak cukup untuk mandi satu anggota keluarga. Jadi hampir semua
keluarga pagi ini Cuma cuci muka saja.
Sebenarnya kemarin sudah melaporkan keadaan
saluran air ini ke kantor PDAM melalui telpon. Jawabannya, setiap laporan
gangguan saluran air PDAM selalu akan di kerjakan satu hari kedepan. Jadi
laporan kemarin itu akan dikerjakan hari ini, sesuai jam kerja. Padahal kami
berharap, saluran yang mungkin buntu itu di kerjakan sebelum Matahari terbit.
Jadi kami bisa mandi sebelum bertemu dengan Matahari.
Setelah semua pekerjaan wajib yang
harus aku kerjakan pagi hari selesai, maka aku siap-siap untuk berangkat ke
kantor PDAM, hanya untuk memperjelas dan sedikit agak memaksa kepada petugas
PDAM, agar segera melaksanakan tugasnya memperbaiki saluran air yang menuju ke
rumah kami, yang mengalami gangguan itu.
Ternyata yang mengalami kematian suri
saluran air itu bukan hanya rumah kami. Tapi juga beberapa rumah di deretan
sebelah barat rumah kami, mengalami gangguan saluran air yang sama dengan rumah
kami. Karena memang pipa saluran air minumnya merupakan satu jalur.
Jam 07.50 dengan mengendarai sepeda
motor, aku berangkat ke kantor PDAM. Dan tepat jam 08.00 aku sudah berada di
ruang dalam kantor PDAM. Setelah menemui sesorang Ibu petugas kantor itu, untuk
menyatakan keperluan kedatanganku ke kantor ini. Tanpa basa-basi aku langsung
melaporkan, bahwa pipa saluran air di rumahku wafat mulai siang kemarin. Ibu
itu mengecek buku laporan gangguan pelayanan. Ternyata sudah tercatat nama dan
alamat rumahku, bahwa hari ini ada jadwal perbaikan saluran air. Karena memang
kemarin sudah laporan melalui telpon.
Aku memang sudah tahu kalau kemarin
telah melaporkan mengenai keadaan saluran air rumah kami. Karena memang
kedatanganku justru untuk meminta agar mendahulukan pengerjaannya. Sebab
keluarga kami sudah sejak kemarin sore belum mandi semuanya. Dan salah satu
dari tetanggaku yang saluran airnya juga mati, sama-sama berada di kantor PDAM
itu juga untuk lebih memperhatikan keperluan keluarga kami berdua, juga sebagai
wakil dari beberapa rumah lain yang terkena imbas dari gangguan saluran air
itu.
Bagaimanapun memaksanya akudan
tetanggaku itu, pihak kator PDAM tetap mendahulukan nomer urut pelapor gangguan
saluran air. Katanya hari ini ada tiga titik yang akan dilakukan pengerjaan,
dan rumahku jatuh pada giliran terakhir. Kalau semua lancar dan tak ada
gangguan, maka bisa di perkirakan sore nanti baru akan selesai. Petugas dari
kantor PDAM sangat terbatas. Dan kantor yang paling di butuhkan oleh masyarakat
ini hanya punya satu team petugas perbaikan. Maka aku dan tetanggaku hari ini
harus mempraktekkan kesabaran. Belajar
sabar menghadapi kekurangan air.
Mungkin karena terlalu menjadi
kebiasaan, kita semua tidak pernah ada masalah dengan kebutuhan air
sehari-hari. Jadi tidak pernah merasakan sulitnya kekurangan air bersih. Hari
ini saja keluarga sudah hampir tidak tahan tinggal di rumah dengan keadaan
kekurang air bersih ini. Istriku hanya bisa marah dan menyalahkan semuanya,
sama sekali tidak bisa di ajak kompromi.
Bagaimana tidak tegang menghadapi
masalah ini. Dapur yang biasanya selalu bersih dan teratur, hari ini piring,
gelas dan alat-alat dapur semua menumpuk di dekat keran air, dalam keadaan
kotor tak bisa dibersihkan. Tentu saja aroma yang kurang sedap mengganggu
suasana dapur yang biasanya tenang dan terartur.
Begitu juga dengan cucian pakaian. Pagi
ini biasanya semua cucian sudah menempel di jemuran, siap menerima pancaran
sinar panas Matahari, yang akan mengeringkan semua pakaian. Tetapi siang ini
semua masih menumpuk belum di bersihkan sama sekali. Perubahan-perubahan yang
tak lazim dalam kebiasaan ini sangat mengganggu kinerja Ibu rumah tangga. Maka
tak salah kalau sensitif untuk terjadi gesekan antar anggota keluarga.
Kalau aku merasa ini harus di lihat
dari kaca mata positip. Malah sebenarnya sangat bagus untuk pelajaran. Yang
pertama menjadikan kita bisa merasakan bagaimana rasanya kekurangan air bersih.
Dan yang kedua untuk antisipasi, kejadian ini merupakan pelajaran yang sangat
bagus sekali. Untuk selanjutnya kita harus siap sedia bila sewaktu-waktu ada
gangguan saluran air. Apalagi bila gangguan saluran itu lebih dari satu hari.
Aku sudah membayangkan bahwa sore nanti
aku baru bisa mandi. Dan aku belum bisa untuk mandi di tempat lain. Maka sejak
pagi tadi aku sudah niatkan kalau aku mungkin terpaksa baru bisa mandi nanti
sore. Tapi rupanya dugaanku meleset, sekitar jam 11.00 air dari keran sudah
bisa keluar lagi, walaupun tidak sekeras biasanya. Tapi kalau cuman untuk
memenuhi isi bak kamar mandi, mungkin tidak akan memerlukan waktu terlalu lama.
Ketika aku pulang kerumah sekitar jam
12.00, suasana rumah sudah kembali normal lagi. Barang-barang kotor yang tadi
menumpuk di dapur, sekarang sudah pada bersih dan kembali menempati tempatnya
masing-masing. Suasana dapur kembali kondusif, dan siap memasak melayani
keperluan makan keluarga dengan normal lagi.
Begitu juga dengan pakaian kotor, yang
tadi juga menumpuk di dekat mesin cuci. Siang ini sudah tergantung dengan rapih
di tempat jemuran, siap untuk menjadi kering lagi.
Tidak luput dengan lantai yang sekarang
sudah mengkilap sehabis di pel. Dan semua keperluan bersih-bersih rumah sudah
hampir selesai dikerjakan, setelah agak tertunda akibat kemacetan saluran air
bersih. Istriku yang tadi tampak agak stess, kali ini mulai ceriah kembali.
Kini aku semakin yakin bahwa Air
Adalah Sumber Kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar