Selasa, 01 Oktober 2013

PDAM



Pagi ini aku agak bergegas untuk pergi ke kantor PDAM. Karena mulai siang kemarin pipa saluran air ledeng, nyaris mati. Untuk mengisi satu gelas penuh dengan air keran, butuh waktu 4 jam. Yang pasti ketiga kamar mandi di rumahku hanya terisi air setinggi sekitar 10 Centi meter saja. Tidak cukup untuk mandi satu anggota keluarga. Jadi hampir semua keluarga pagi ini Cuma cuci muka saja.

Sebenarnya kemarin sudah melaporkan keadaan saluran air ini ke kantor PDAM melalui telpon. Jawabannya, setiap laporan gangguan saluran air PDAM selalu akan di kerjakan satu hari kedepan. Jadi laporan kemarin itu akan dikerjakan hari ini, sesuai jam kerja. Padahal kami berharap, saluran yang mungkin buntu itu di kerjakan sebelum Matahari terbit. Jadi kami bisa mandi sebelum bertemu dengan Matahari.

Setelah semua pekerjaan wajib yang harus aku kerjakan pagi hari selesai, maka aku siap-siap untuk berangkat ke kantor PDAM, hanya untuk memperjelas dan sedikit agak memaksa kepada petugas PDAM, agar segera melaksanakan tugasnya memperbaiki saluran air yang menuju ke rumah kami, yang mengalami gangguan itu.

Ternyata yang mengalami kematian suri saluran air itu bukan hanya rumah kami. Tapi juga beberapa rumah di deretan sebelah barat rumah kami, mengalami gangguan saluran air yang sama dengan rumah kami. Karena memang pipa saluran air minumnya merupakan satu jalur.

Jam 07.50 dengan mengendarai sepeda motor, aku berangkat ke kantor PDAM. Dan tepat jam 08.00 aku sudah berada di ruang dalam kantor PDAM. Setelah menemui sesorang Ibu petugas kantor itu, untuk menyatakan keperluan kedatanganku ke kantor ini. Tanpa basa-basi aku langsung melaporkan, bahwa pipa saluran air di rumahku wafat mulai siang kemarin. Ibu itu mengecek buku laporan gangguan pelayanan. Ternyata sudah tercatat nama dan alamat rumahku, bahwa hari ini ada jadwal perbaikan saluran air. Karena memang kemarin sudah laporan melalui telpon.

Aku memang sudah tahu kalau kemarin telah melaporkan mengenai keadaan saluran air rumah kami. Karena memang kedatanganku justru untuk meminta agar mendahulukan pengerjaannya. Sebab keluarga kami sudah sejak kemarin sore belum mandi semuanya. Dan salah satu dari tetanggaku yang saluran airnya juga mati, sama-sama berada di kantor PDAM itu juga untuk lebih memperhatikan keperluan keluarga kami berdua, juga sebagai wakil dari beberapa rumah lain yang terkena imbas dari gangguan saluran air itu.
Bagaimanapun memaksanya akudan tetanggaku itu, pihak kator PDAM tetap mendahulukan nomer urut pelapor gangguan saluran air. Katanya hari ini ada tiga titik yang akan dilakukan pengerjaan, dan rumahku jatuh pada giliran terakhir. Kalau semua lancar dan tak ada gangguan, maka bisa di perkirakan sore nanti baru akan selesai. Petugas dari kantor PDAM sangat terbatas. Dan kantor yang paling di butuhkan oleh masyarakat ini hanya punya satu team petugas perbaikan. Maka aku dan tetanggaku hari ini harus mempraktekkan  kesabaran. Belajar sabar menghadapi kekurangan air.

Mungkin karena terlalu menjadi kebiasaan, kita semua tidak pernah ada masalah dengan kebutuhan air sehari-hari. Jadi tidak pernah merasakan sulitnya kekurangan air bersih. Hari ini saja keluarga sudah hampir tidak tahan tinggal di rumah dengan keadaan kekurang air bersih ini. Istriku hanya bisa marah dan menyalahkan semuanya, sama sekali tidak bisa di ajak kompromi.
Bagaimana tidak tegang menghadapi masalah ini. Dapur yang biasanya selalu bersih dan teratur, hari ini piring, gelas dan alat-alat dapur semua menumpuk di dekat keran air, dalam keadaan kotor tak bisa dibersihkan. Tentu saja aroma yang kurang sedap mengganggu suasana dapur yang biasanya tenang dan terartur.

Begitu juga dengan cucian pakaian. Pagi ini biasanya semua cucian sudah menempel di jemuran, siap menerima pancaran sinar panas Matahari, yang akan mengeringkan semua pakaian. Tetapi siang ini semua masih menumpuk belum di bersihkan sama sekali. Perubahan-perubahan yang tak lazim dalam kebiasaan ini sangat mengganggu kinerja Ibu rumah tangga. Maka tak salah kalau sensitif untuk terjadi gesekan antar anggota keluarga.

Kalau aku merasa ini harus di lihat dari kaca mata positip. Malah sebenarnya sangat bagus untuk pelajaran. Yang pertama menjadikan kita bisa merasakan bagaimana rasanya kekurangan air bersih. Dan yang kedua untuk antisipasi, kejadian ini merupakan pelajaran yang sangat bagus sekali. Untuk selanjutnya kita harus siap sedia bila sewaktu-waktu ada gangguan saluran air. Apalagi bila gangguan saluran itu lebih dari satu hari.

Aku sudah membayangkan bahwa sore nanti aku baru bisa mandi. Dan aku belum bisa untuk mandi di tempat lain. Maka sejak pagi tadi aku sudah niatkan kalau aku mungkin terpaksa baru bisa mandi nanti sore. Tapi rupanya dugaanku meleset, sekitar jam 11.00 air dari keran sudah bisa keluar lagi, walaupun tidak sekeras biasanya. Tapi kalau cuman untuk memenuhi isi bak kamar mandi, mungkin tidak akan memerlukan waktu terlalu lama.

Ketika aku pulang kerumah sekitar jam 12.00, suasana rumah sudah kembali normal lagi. Barang-barang kotor yang tadi menumpuk di dapur, sekarang sudah pada bersih dan kembali menempati tempatnya masing-masing. Suasana dapur kembali kondusif, dan siap memasak melayani keperluan makan keluarga dengan normal lagi.

Begitu juga dengan pakaian kotor, yang tadi juga menumpuk di dekat mesin cuci. Siang ini sudah tergantung dengan rapih di tempat jemuran, siap untuk menjadi kering lagi.

Tidak luput dengan lantai yang sekarang sudah mengkilap sehabis di pel. Dan semua keperluan bersih-bersih rumah sudah hampir selesai dikerjakan, setelah agak tertunda akibat kemacetan saluran air bersih. Istriku yang tadi tampak agak stess, kali ini mulai ceriah kembali.

Kini aku semakin yakin bahwa Air Adalah Sumber Kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar