Senin, 12 Maret 2012

Bulan Purnama


Malam ini suasana langit cerah tanpa sedikitpun awan yang menempel, walau saat ini masih dalam musim hujan. Entah mengapa sejak siang tadi langit tampak bening, bersih  dari awan.

Tiba-tiba sorotan mengkilap cahaya kuning kemerah-merahan dari sebelah timur. Bulan Purnama mengintip lalu muncul keluar menampakkan seluruh cahaya tubuhnya. Dengan bentuk bundar sempurna, bulan tampak segar sehabis mandi cahaya Matahari dibawah sana, cantik sekali.

Tanpa malu-malu Bulan menari telanjang, memamerkan mulus dan putih  tubuhnya. Menarik perhatian setiap mata di bumi, walau dia berada disudut timur angkasa. Warnamu kuning mengkilap diantara hitam gelap angkasa raya, mendominasi warna langit. Saat ini engkau menjadi Mata Langit.

Semua mata melihatmu disertai dengan seribu pertanyaan mengikuti:

“Ada apakah didalam hatimu itu?”

“Bagaimanakah rasanya ada didekatmu?”

Wajahmu menggambarkan kesan kasih, tenang dan teduh. Sinarmu terang tapi tidak panas. Semua mata sanggup berlama-lama menatapmu. Semua orang senang bermain mata denganmu, karena kerlinganmu menggoda. Baru aku mengerti ternyata awan malam ini malu mengotori kulitmu.

Banyak kecantikan di wujudkan denganmmu, tak sempurna kecantikan bila tidak disejajarkan padamu. Engkaulah lambang kecantikan. Bintang-bintang cemburu padamu, dengan berat hati mereka menjauh darimu.

Kadang engkau bermain-main dilangit siang hari. Malu menampakkan diri takut kepada Matahari. Janganlah! Tidak usah, engkau bernafsu ingin juga menguasai langit siang hari, walau wajahmu tetap cantik disiang hari.

Aku menatapmu tanpa berkedip, kukeluhkan kepadamu semua yang ada dihatiku. Lewat mataku, semua harapan kusampaikan padamu. Tanpa malu kuceritakan semua penderitaanku, karena aku tahu engkau sanggup memegang rahasia ini. Sinarmu membuat aku semakin menikmati curhat ini.

Kurasakan wajahmu semakin dekat denganku. Engkau melihatku tajam, seakan mengerti semua apa yang kumaksudkan. Matamu berkaca-kaca, hampir-hampir meneteskan airmata. Kau tampak sangat kasihan sekali padaku, sorot cahayamu masuk menembus sela-sela hatiku. Aku merasakan tanganmu membelai-belai rambutku. Menenangkan hati dan jiwaku.

Tanpa suara, tanpa bisikan engkau menjelaskan semua dengan detail Engkau nasehati aku bagaimana seharusnya menghadapi semua ini. Keteranganmu benar-benar mudah dimengerti, semua masalahku engkau tunjukan jalan keluarnya dengan jelas.

Terima kasih Bulan Purnama:

Engkaulah Ibuku
Engkaulah Guruku
dan
Engkaulah Sahabatku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar